The Story in The Caffe

anekatempatwisata.com

Suara musik bergema di dalam ruangan sebuah caffe minimalis dua lantai. Mengadopsi desain interior modern dengan sedikit sentuhan klasik, menggunakan furniture yang cozy dan kekinian, penataan cahaya yang tidak terlalu terang juga tidak terlalu redup, wallcover desain macam-macam quotes dengan font unik,  serta pendingin dan pengharum ruangan yang berkolaborasi menciptakan suasana rileksasi bagi siapa saja yang ingin menghabiskan waktu santai untuk sekadar mengobrol dengan teman atau menghilangkan penat.

                Sejak buka pukul 10 pagi tadi hingga sore ini, caffe yang memiliki kenamaan Caffe Talia –sang pemilik bernama Talia- tidak pernah terlihat sepi apalagi sekarang adalah hari Minggu, hari libur nasional, dimana orang berbondong-bondong untuk mencari hiburan. Selain berbagai macam racikan kopi, caffe tersebut juga menyediakan makanan ringan, kue, dan roti : Karena mengusung konsep Meeting Point yang enjoy jadi tidak menyediakan makanan berat. Makanan yang paling terkenal dari Caffe Talia adalah cupcake, yang membuat unik adalah fondant toppingnya memiliki varian rasa buah-buahan.
***
                Pantulan cahaya menciptakan bayangan pada kaca bening. Dari dalam ruangan dengan suhu dingin, bayangan itulah yang diperhatikannya dari tadi. Terkagum dengan yang ia lihat dihadapannya, yang tak lain adalah dirinya. Pujian demi pujian terlontar dari dalam sanubarinya. Lihatlah! Betapa indahnya diriku.

                Sejak berada di dalam tidak ada yang mampu mengalihkan perhatiannya selain bayangannya. Namun kali ini ia mencium aroma yang aneh, bahkan baru kali ini ia menemukannya. Bau itu sangat mengganggu pikirannya. Dirinya tak mampu menahan lagi. Akhirnya dengan terpaksa ia harus beralih dari pandangan semula untuk mencari tahu asal bau itu.

                Baru menoleh sekali baunya semakin menyengat, seperti melekat pada dirinya. Tapi tidak mungkin, ia paham betul dengan aroma tubuhnya. Kemudian ia terpaku dengan yang dilihat di depannya. Dipicingkan matanya, dilihat dengan intens dan mengendus pelan. Sekarang dia tahu berasal darimana aroma yang kini membuatnya mual! Ia ingin menegur tapi telah didahului sang empunya aroma.

             “Kau sangat cantik.”

             “Kau adalah kesekian banyak yang memujiku. Tak perlu diungkap pun semua tahu keindahan telah ditakdirkan untukku. Mungkin kau kurang beruntung dalam hal ini. Lihatlah rupamu sangat aneh, dan baumu, ugh, mengganggu.”

                “Setiap diri memiliki keindahan masing-masing.”

                “Tapi kalau baunya seperti ini siapa yang akan menyukaimu? Kupikir takkan ada.”

                “Yang mencintaiku. Sadar betul memiliki aroma yang sangat tajam, tapi aroma ini yang membuat pecintaku tergila-gila denganku.”

                “Oh Ya Tuhan, dia terlalu percaya diri.”

                “Aku hanya mensyukuri karunia Tuhan. Dan aku ingin segera bertemu dengan mereka.” Sembari menoleh ke arah luar.

                Dengan mata terbelalak ia terheran dengan si aroma tidak sedap “Kau ingin menjadi santapan mereka? Kalau aku sih ogah! Sang pencipta sudah menciptakan diriku dengan sangat sempurna. Aku tidak rela bila kesempurnaan ini harus raib di bawah mulut para monster itu.”

                “Yang kau sebut para monster itu manusia yang mencintai dari masing-masing kita. Sudah tabiat kita diciptakan untuk akhirnya dipilih dan dikonsumsi oleh mereka. Jadi kehidupan ini tidak sia-sia. Sungguh indah bila hidup kita bermanfaat. Aku senang jika mampu memberikan kebahagiaan untuk siapa pun yang memilihku. Walau harus hilang dari dunia ini.”

                Dari luar ruangan terdengar percakapan yang samar dari seorang gadis usia 18 tahun kepada penjaga bar di caffe tersebut. “Mba saya ingin cupcake rasa durian.” Dengan sigap penjaga bar menuruti perintah gadis itu tanpa sepatah kata, hanya senyuman yang dilemparkannya.

                Sang cupcake durian menyadari dirinya telah terpilih, “Aku tidak menyangka akan secepat ini. Hei, cupcake strawberry cepat atau lambat kau akan bernasib sepertiku. Jika kau terpilih kelak, terimalah dengan senang hati, karena dengan begitu kau sudah memberikan kebahagiaan untuk mereka yang menyukaimu. Hidupmu akan bermakna, meski kau harus musnah ditelan kebahagiaan mereka.” Cupcake strawberry tak memberikan respon. Ia hanya terdiam mencerna perkataan cupcake durian tadi.


30 menit kemudian. Ada seorang gadis kecil usia sekitar 6 th dengan pipi chubby, mata bulat, hidung mancung, rambut pendek keriting di bawah, dan kulitnya putih bersih. Ia menunjuk-nunjuk kaca etalase dan memberitahu sang mama, “Mama aku mau cupcake ini. Maaa, aku mau ini.” Ia sadar bahwa dirinyalah yang dimaksud, dan ia baru paham dengan ucapan cupcake durian 30 menit yang lalu. “Inilah waktunya.” Ucapnya.

#zifah
Previous
Next Post »

6 komentar

Click here for komentar
Unknown
admin
9 November 2016 pukul 21.58 ×

Terima kasih sudah mampir kaka suhu :)

Reply
avatar
10 November 2016 pukul 07.36 ×

Hemm awalnya aku kira mau review tempat nongkrong, ga taunya jdj cerpen, bagus mbak sy suka diksinya:) pas

Reply
avatar
Unknown
admin
10 November 2016 pukul 08.44 ×

Masih belajar kak, thanks sudah mampir :)

Reply
avatar
Unknown
admin
10 November 2016 pukul 08.45 ×

Hehe makasih bun, belajar dari bunda juga yg tulisannya udah kece badai (:

Reply
avatar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa follow dan berteman dengan saya di facebook : Nazifah R, Twitter : @zifah03, dan instagram : @zifahra ^^ ConversionConversion EmoticonEmoticon