Tahun 1998 menjadi tahun yang menyimpan sebuah sejarah tentang jatuhnya sebuah kekuasaan, pertumpahan darah dan air mata, dan merebaknya sebuah kejahatan tanpa kendali. Aku tidak tahu pasti keadaan negeri ini pada tahun tersebut. Sebab, aku tidak memiliki ingatan yang kuat. Aku pun mengetahui peristiwa itu dari pelajaran sejarah di sekolah, yang sepertinya akan terus dikumandangkan hingga cicitku lahir kelak, agar memiliki wawasan tambahan mengenai sejarah bangsa ini. Peristiwa yang ‘katanya’ mengerikan dikenal dengan Tragedi Mei 1998.
Saat peristiwa itu terjadi aku sudah lahir, tapi sedikit
kusesali aku sama sekali tidak ingat apapun di hari kejadian itu. Bahkan,
sedang apa saat itu juga aku tak mengingatnya. Tapi kurasa itu bukan karena
memoriku rusak, melainkan kehendak Tuhan. Ya, secara logika bayi yang berumur
satu bulan belum memiliki banyak file-file data dalam memori otaknya. Dan kelak,
memori yang dimiliki saat usia tersebut akan terhempas entah kemana. Baiklah,
aku tidak ingin membahas tentang sejarah. Karena sesungguhnya ehm sssttttt ini rahasia, aku sedikit
tidak menyukai pelajaran sejarah. Aku malas terlalu banyak tanggal, bulan,
tahun, nama raja, tokoh, serta peristiwa yang terjadi, untuk dihafal. Mereka
semua juga terdengar asing. Tapi aku tetap belajar kok kalau akan ada ujian ^^.
19 Maret 1998 menjadi hari sejarah bagiku, orang tuaku,
serta keluargaku. Karena seorang bayi perempuan mungil, cantik, lucu telah
lahir untuk melihat dunia yang tak lain adalah diriku. Ada hal yang sedikit istimewa karena dari pihak ibu aku merupakan cucu pertama. Tapi artinya aku juga paling dewasa (bukan tua). Jakarta adalah pilihan orang tua untuk menjadi tempat kelahiranku yang akan dikenang
melalui akte kelahiran. Bukan karena mereka tinggal di Jakarta, tetapi bidan
yang menangani ibuku saat melahirkan membuka praktek di Jakarta (mungkin bidan
tersebut memiliki fasilitas, yang tidak ditemukan di bidan di Bekasi,
entahlah. Atau bahkan tidak ada bidan di Bekasi saat itu? sudahlah).
Berbicara tentang akte kelahiran aku teringat pada
sesuatu hal yang berakibat fatal sampai saat ini. Dan aku tidak tahu siapa yang
salah dan harus disalahkan, karena aku pun baru mengetahuinya saat usiaku sudah
beranjak remaja. Mau tidak mau harus aku ikhlaskan, meskipun terbesit untuk
mengubahnya tapi terlalu rumit karena sudah tersebar di beberapa data penting. Suatu kesalahan telah terjadi pada namaku. Aku yakin orang tuaku sudah
mempersiapkan nama untukku yang mengandung doa dan harapan baik dalam
pribadiku. Tapi bagaimana jika nama yang telah dipersiapkan berubah? Akankah mengubah
maknanya juga? Wallahu alam.
Hari itu ayahku mendatangi kantor kelurahan untuk
mengurus surat kelahiranku. Saat petugas menanyakan namaku, ayahku menulisnya
dalam secarik kertas, beliau menulis Nazifah Raisanjani . Beliau menulis
seperti huruf bersambung, lalu tanda titik kepunyaan huruf i sedikit tergores
sehingga sang petugas mengira itu merupakan huruf t. Jadilah nama yang tertera
di akte Nazifah Ratsanjani. Agak sedih saat mengetahui nama asliku terlihat
lebih bagus daripada hasil kesalahan. Aku juga bingung kenapa orang tuaku tidak
melakukan tindakan. Menyesali hal itu saat ini, seperti tidak ada gunanya. Karena
Ratsanjani sudah tersebar di berbagai
kartu identitasku. Mungkin ada hikmah dibalik semua ini, I hope that.
Kata
orang tua, aku tidak pernah dirawat di rumah sakit (Alhamdulillah). Pernah
sekali harus mendapat perawatan dari rumah sakit, tapi tidak menginap. Hanya
menjalani beberapa jahitan di dahi saat usia 2 tahun. Hal itu terjadi saat aku
sedang memakan ice cream (kok bisa?). Ceritanya, makan ice creamnya di luar
rumah sambil loncat-loncat di jalan yang tidak beraspal penuh batu kerikil, lalu
tiba-tiba aku terjatuh dan dahiku membentur batu yang tajam (sangat tragis ya).
Aku juga tidak habis pikir, diriku selincah itu.
Dari
lahir tubuhku sudah mungil. Sampai sekarang mungilnya masih bertahan. Mungkin orang
yang baru kenal atau melihatku akan mengira porsi makanku setara dengan porsi
nasi kucing. Tahu kan nasi kucing? Makanan yang berbungkus daun pisang dengan
nasi dan lauk yang super sedikit. Mirip porsi yang diberikan untuk kucing. Tapi
yang terjadi justru sebaliknya. Tahu nasi padang? Terkadang satu porsi nasi padang
tidak cukup bagiku, ups. Ya memang begitulah kenyataannya. Aku paling suka
dengan makanan apalagi camilan. Hhm kalau sehari enggak nyemil rasanya ada yang
kurang. Meski begitu aku juga sesekali menimbang berat badan biar tidak
kebablasan, karena aku bukan tipe orang yang suka diet.
Tidak
hanya orang tuaku yang heran. Aku pun merasa heran, berbanding terbalik dengan
adikku yang juga doyan makan, namun tubuhnya mampu menunjukkan identitasnya. Aku
anggap ini adalah karunia dari Tuhan,
karena tidak perlu repot-repot untuk diet. Tapi belakangan ini aku
melihat pipiku yang semula tirus
sekarang mengembang layaknya bakpao, tapi tidak terjadi perubahan drastis dengan tubuhku. Maka aku mulai mengurangi nyemil.
Bekasi,15-11-2016
#zifah
Banyak yang bilang aku
mirip ayah. Sedangkan kedua adikku yang keduanya laki-laki dibilang mirip ibu.
Menurutku aku enggak mirip ayah maupun ibu (lalu aku anak siapa?). Ayah
keturunan Jawa, tapi orang tuanya menghebuskan nafas terakhir di daerah Ciamis.
Lalu ibuku merupakan keturunan Sumatera. Kakek berasal dari Padang, sedangkan
nenek dari Sumatera Utara dan menjadi suku Batak. Marga beliau adalah Nasution.
Tapi ada juga yang bilang aku mewariskan wajah Padang, namun yang lebih
terlihat adalah wajah Jawa. Ya aku sih tidak bisa mengira ngira, yang penting
aku Indonesia tulen, hehehe.
Saat ini tinggal di Bekasi bersama orang tua. Tapi kalau kalian
menanyakan alamat daerah Bekasi selain Bekasi Timur jangan harap dapat
menemukan jawaban dari aku ya, hahaha. Karena aku belum khatam keliling Bekasi.
Sebenarnya suka sih jalan-jalan, tapi enggak suka jalan-jalan sendiri. Ingin
bareng teman atau bareng keluarga yang penting ada temannya.
Berdasarkan pengakuan
dari teman-temanku waktu pertama kali melihat aku, mereka berkesimpulan aku
orangnya jutek, cuek, susah buat dideketin. Tapi emang benar sih aku sengaja
enggak pasang muka ramah dengan orang asing, sekalian menyeleksi teman hahaha….
*enggak deng bercanda. Itu udah alamiahnya begitu kalau lagi diem, coba diajak
ngobrol, pasti beda 180 derajat.
Itu juga yang dirasakan
teman-temanku setelah mengenal aku lebih jauh, mereka keheranan. Katanya “Kesan
pertama sama udah kenal beda banget. Nazifah orangnya humoris dan doyan
ngobrol. Ada aja topik yang diobrolin.” Aduh bukannya kegeeran nih itu mereka
sendiri loh yang bilang hehehe..
Selain makan dan ngobrol aku suka membaca, menonton film, drama
korea (favorit), dan menulis. Baru belakangan ini bisa menghasilkan tulisan
yang cukup banyak, walau masih apa adanya. Ini berkat petunjuk dari Allah yang
mengizinkan aku bergabung dalam komunitas ODOP. Dan saya berharap teman-teman,
kakak-kakak, abang-abang, tante-tante, bunda-bunda geng ODOP Batch 3, tetap semangat dalam berkarya. Karena saya
mendapatkan banyak inspirasi dari tulisan kalian, dan sadar bahwa cara menulis
itu luas. Tergantung selera.
Bekasi,15-11-2016
#zifah
11 komentar
Click here for komentarMasih mudaaaa
Replyimut2
ReplyMasa sih ka?? hahaha
ReplyIyah waktu kecil imut imut, sekarang mah tambah imut ka hehehe
Reply98 mah saya sdh lulus sma hihihii...lucu mbak suka deh cara nulisnya:)
ReplyHahaha. 98 aku kelas dua SMP. Ya Allah ...
ReplyHahaha. 98 aku kelas dua SMP. Ya Allah ...
ReplyUsia kita terpaut 20 tahun. Wow ... hehe
ReplyWah kaka tingkat tinggi kali dong bun hehehe..
Reply@ka vinny : Masih muda lah ka vin hihihi
Replypanggil bunda boleh dong? hehehe
ReplyTerima kasih sudah mampir. Jangan lupa follow dan berteman dengan saya di facebook : Nazifah R, Twitter : @zifah03, dan instagram : @zifahra ^^ ConversionConversion EmoticonEmoticon