Di dunia ini memang tidak ada manusia
yang sempurna. Karena kesempurnaan sejati hanya milik Allah. Seperti cewek yang
ada di kampus gue, dia terkenal pintar, agamis, memiliki wajah yang diidam
idamkan kebanyakan wanita, cantik dan mulus. Namanya Arini anak Fakultas
Ekonomi, Jurusan Akuntansi. Kalian bakal berpikir Arini itu tipe wanita yang
sempurna, tapi menurut gue ada satu sikap dia yang justru merusak semua citra
baiknya.
Punya
prestasi gemilang, bahkan dia menjadi wakil kampus untuk mengikuti PIMNAS tahun
lalu. Cewek yang sedang menajalani kuliah semester lima itu paling susah
senyum. Gue dan teman-teman pernah berpapasan sama dia, terus gue senyumin, dia
tidak membalas senyum tapi jalan tanpa acuh sekelilingnya. Gila, sombong
banget.
Bukan
karena dia lebih cantik lantas gue merasa iri, tapi pasti dia sangat tahu
senyum kepada saudaranya merupakan ibadah. Saat itu sih gue berpikiran dia
sedang terburu-buru karena sesuatu, dan gue juga enggak tahu karakter aslinya
bagaimana, kita berbeda fakultas.
Setelah
kejadian itu, gue bertemu dengan dia lagi. Dan ada rektor juga yang lewat, aku
memberi salam kepada sang rektor, namun ketika Arini lewat beberapa meter di
depan kami, dia bersikap seperti saat bertemu dengan gue dan teman-teman waktu
itu. Bahkan tidak ada sapaan untuk Bapak Rektor. Dalam hati gue cuma bisa
berkata, nih cewek cantik, cerdas, incaran cowok-cowok yang merindukan bidadari
surga, tapi kok sombong banget?
***
Jalanan
tidak seramai biasanya, jadi gue harus menghentikan laju kendaraan beberapa
kali karena macet. Belum lagi lampu merah yang harus dilalui sebanyak tiga kali
yang menurut gue itu sudah cukup menyita waktu gue yang sangat berharga.
Setelah memarkir motor gue jalan dengan terburu-buru bahkan sedikit berlari.
Hari ini ada presentasi mata kuliah kimia, dosennya disiplin pake banget. Kalau
ada yang datang terlambat di jam dia mengajar, jangan harap ada pengampunan
sekecil apapun. Serta harus siap mental dan fisik untuk mendapat hukuman dari
dosen yang namanya Pak Bambang. Hukuman yang beliau berikan selalu diluar
pemikiran mahasiswa bahkan manusia. Pernah teman sekelas gue telat, dia cowok,
lalu dosen itu menyuruh keluar dengan syarat harus memotret 8 jenis burung
berbeda dengan kombinasi tiga warna agar bisa kembali ke kelas. Tapi yang
terjadi dengan mahasiswa tersebut ia malah kabur tak kembali. Mungkin ia
frustasi.
Gue
enggak mau bernasib sama dengan cowok itu. Dengan kecepatan maksimal gue
memutuskan untuk berlari. Beberapa orang tersenggol tapi gue enggak sempat
minta maaf. Sengaja mengambil jalur dari Fakultas Ekonomi, karena lebih dekat
dengan ruangan gue untuk presentasi. BRUKKK. Gue merasa diri gue terhempas dan
enggak ada alasan buat menghnidar.
“Aduhh
maaf ya maaf,” kata cewek yang tabrakan dengan gue sambil mengambil beberapa
buku yang berserakan akibat insiden ini.
“Iya
enggak apa-apa, gue minta…” Suara gue tiba-tiba tertahan saat sadar siapa cewek
yang gue tabrak. Gue kaget ternyata dia Arini. Yang selama ini gue kira
sombong, bisa juga mengaku bersalah.
“Eh
maksud gue, gue minta maaf,” kata gue dan beniat membantu dia mengambil
beberapa buku yang terhempas rada jauh dari jarak kami. Tapi waktu gue melirik
jam tangan niatan gue sirna semua.
Gue
melanjutkan lari maraton bahkan belum sempat mengucap salam perpisahan dengan
Arini. Gue jadi enggak enak, karena gue dikejar waktu dan menabrak Arini,
bukunya pun beserakan. Saat ini Arini tidak terlalu dipusingkan, selesai kuliah
nanti gue bisa menemuinya untuk meminta maaf sekali lagi secara resmi. Sekarang
gue harus sampai tepat waktu di kelas.
***
Bersyukur
karena Pak Bambang ternyata ada tugas dadakan sehingga presentasi dibatalkan.
Sebenarnya tadi gue termasuk telat, tapi dewi keberuntungan sedang berada
dipihak gue. Selesai kuliah gue langsung menuju ke Fakultas Ekonomi, gue masih
merasa bersalah akibat kecerobohan tadi pagi.
Saat
melewati lorong gue melihat ke arah taman yang tak jauh dari lorong, di sana
ada beberapa mahasiswa yang menggunakan bangku taman untuk membaca, mengobrol
atau mendengarkan music dengan headset.
Cewek berjilbab lebar biru muda dan gamis merah marun terlihat serius membaca buku
yang digenggamnya.
“Assalamu’alaikum
Arini,” kataku yang mengahmpiri Arini.
Dengan
raut wajah sedikit kaget ia membalas, “Wa’alaikumsalam.”
“Mmm..
Gue Dinda. Gue mau minta maaf soal kejadian tadi pagi. Itu gue lagi buru-buru
banget.” Gue mengulurkan tangan sebagai tanda damai.
Arini
membalas uluran tangan gue tapi wajahnya tampak kebingungan. “Oh, memang yang
tadi itu kamu?” tanyanya.
“Iya.”
“Aku
enggak terlalu merhatiin tadi. Santai saja,” kata cewek berkacamata itu sambil
tersenyum.
“Assalamu’alaikum
Arini…” Segerombolan cewek berkerudung lewat dengan menyapa Arini.
“Wa’alaikumsalam,”
jawab Arini dengan senyum yang sedaritadi sudah terbentuk.
“Rin,
gue balik duluan ya. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam
Din. Hati-hati ya.”
***
Setelah
dua hari tidak bertemu teman-teman, akhirnya kami janjian di kantin. Di sana
gue menceritakan bahwa gue bertemu bahkan bicara dengan Arini. Gue yakin pasti
mereka tidak percaya. “Guys tahu enggak?” Gue membuka percakapan.
“Apa
tuh?” kata Lina dengan mendekatkan wajahnya ke gue.
“Dua
hari yang lalu gue enggak sengaja nabrak Arini karena buru-buru. Terus
buku-buku yang dia bawa jadi jatuh berserakan…” Belum sempat gue lanjutin Reni
sudah memotong.
“Terus
reaksi dia gimana? Marah enggak?”
“Gue
malah kaget.dia duluan yang minta maaf!”
“Serius
Lo?” tanya Rosa.
“Iya.
Saking buru-burunya gue enggak bantuin dia, waktu itu gue ada jamnya Pak
Bambang. Gue enggak mau ambil risiko karena waktu itu udah telat banget.”
“Wahh
bisa ngomong juga tuh orang,” timpal Reni.
“Tapi
dia orangnya ramah banget loh. Waktu itu ada yang nyapa dia terus disapa balik
pake senyum lagi.”
“Mungkin
itu teman-teman yang satu fakultas dengan dia. Kalau sama kita karena belum
kenal mungkin, jadinya cuek.” Lina mencoba menganalisa.
“Iya
kali ya,” gue mengiyakan perkataan Lina.
“Balas
sapaan bisa, balas senyum yang enggak perlu ribet masak enggak bisa? Setidaknya
kan bisa menambah pahala,” seru Rosa.
Setelah
Rosa berbicara tidak ada yang menimpali lagi. Kami diam tanda sependapat dengan
Rosa. Banyak pikiran bercabang dalam kepala kami untuk berspekulasi tentang
Arini.
***
Hari
Jum’at ini Fakultas Ekonomi mengadakan sebuah seminar yang dibuat khusus untuk
para mahasiswa yang menjadi keluarga Fakultas Ekonomi di kampus. Di antara fakultas
lain, Fakultas Ekonomi memang paling sering mengadakan seminar baik terbuka
untuk khusus maupun umum. Menurut gue, karena yang di pahami dan pelajari dalam
Fakultas Ekonomi memang hal yang mengglobal dan mengalami banyak kemajuan serta
perubahan-perubahan kebijakan yang gue sendiri pusing kalau liat abang gue
mengerjakan tugas kantor yang dibawa pulang ke rumah. Isinya angka semua.
Karena
jam kuliah kedua nanti jam satu, gue memutuskan untuk balik ke tempat kos.
Seperti biasa gue melewati lorong di Fakultas Ekonomi, karena dekat dengan
tempat parkir motor. Saat melewati ruang auditorium yang tampak sepi karena
memang seminar akan berlangsung jam sepuluh sedangkan sekarang masih jam
setengah sembilan.
Gue
melihat Arini sedang berjalan di depan menuju ke arah gue. Karena gue pernah
bicara sama dia, gue rasa dia masih ingat. Hari ini dia tidak memakai kacamata,
dan gue mencoba untuk memberikan senyuman pada dia. Dan anehnya dia hanya
melihat gue tanpa membalas senyum gue. Ada beberapa orang yang berjalan di
belakang. Lalu gue coba untuk menegurnya, “Assalamu’alaikum Arini..”
Dia
malah celingukan lalu menjawab “Wa’alaikumsalam..” Dan gue makin enggak
mengerti karena matanya mengarah pada orang yang berada di belakang gue.
Akhirnya gue dekati dan tepuk bahunya, “Apa kabar Arin?”
“Alhamdulillah
baik, kamu?” Dia menjawab dengan senyum khasnya.
“Alhamdulillah
baik juga. Eh kemaren gue liat kamu pakai kacamata.”
“Hehehe iya,
tadi ketinggalan di rumah, mau di ambil lagi tanggung,” jawabnya.
Ya ampun
sekarang gue mengerti kenapa setiap gue memberikan senyum waktu dia enggak
pakai kacamata dia tidak membalas. Bukan karena somong tapi dia tidak
mengetahui keberadaan gue, mungkin terlihat samara tau bahkan buram.
1 komentar:
Click here for komentarSo ... kita ndak boleh buruk sangka ke orang lain kan, Mbak Zifa?
Nice stroy :)
Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa follow dan berteman dengan saya di facebook : Nazifah R, Twitter : @zifah03, dan instagram : @zifahra ^^ ConversionConversion EmoticonEmoticon