Review Sang Pemimpi

mozen's share

Setelah buku laskar pelangi yang memukau, buku kedua dari tetralogi laskar pelangi yaitu, sang pemimpi, tidak kalah memukaunya. Dalam buku tersebut menceritakan tentang masa SMA yang dilalui oleh 3 orang pemuda. Mereka adalah Arai, Ikal, dan Jimbron. Para pemuda yang berasal dari Belitong Timor dan bersekolah di Manggar, merupakan SMA Negeri pertama di Manggar.  Setiap hari mereka bekerja sebagai kuli ngambat, mengangkut berbagai jenis ikan dari dermaga ke pasar ikan, di pagi buta sebelum berangkat ke sekolah. Ketiganya menggantungkan sebuah cita-cita, mimpi tepatnya, yang sangat tinggi.

Arai adalah yang tercerdas di antara mereka. Yang ada dalam pikirannya tak mudah dimengerti orang, termasuk Ikal. Sering kali terlintas hal – hal yang mustahil di kepalanya. Tapi termasuk pikiran yang cerdik. Begitulah Arai, yang merupakan saudara Ikal mendapat julukan  Simpai Keramat, seorang terakhir dari sebuah klan keluarga yang tak punya siapa-siapa lagi. Waktu Ikal dan ayahnya menjemput Arai, anak itu begitu mengenaskan: menunggu di tangga gubugnya dengan karung kecampang di ketiaknya (berisi hartanya yang tersisa), sendirian di tengah belantara ladang tebu tak terurus. Dialah guru Ikal dalam banyak hal. Arailah orang yang membuat hidupnya bersemangat dan tak lepas cita-cita. Simpai Keramat itulah yang membuatnya masih terus punya mimpi. 

Lain lagi dengan Jimbron yang juga sebatang kara. Ia punya penyakit gagap yang kambuh jika sedang bersemangat. Ia memiliki obsesi yang kompulsif terhadap kuda. Segala jenis kuda, yang bahkan tak pernah dikenal di Belitong. Ia bahkan menabung uang yang dimilikinya pada dua buah celengan kuda.

Setelah SMA usai, mereka sudah berencana merantau ke Jawa. Mau tidak mau, demi mimpi itu. Meski dengan sangu pas-pasan hanya untuk beberapa bulan. Bukan untuk kuliah, tetapi bekerja mengumpulkan uang untuk suatu saat kuliah. Dan saat itulah, Jimbron datang menyerahkan dua celengan kudanya kepada Ikal dan Arai. Sumbangan untuk meraih mimpi itu, karena ia sendiri memilih mengurus kuda di peternakan seorang Capo di Belitong. Diiringi oleh sekalian orang-orang yang mereka cintai, dengan menumpang sebuah kapal barang dan upah mengepel WC dan memasak untuk para ABK, mereka berangkat ke Jakarta.

Tujuan mereka adalah Ciputat. Tetapi bis yang mereka tumpangi menurunkan keduanya hingga di terminal Bogor. Jadilah mereka kos dan mengais rezeki di belakang kampus IPB. Menjadi door to door salesman, tukang di pabrik tali, tukang foto copy. Suatu hari hidup mereka berubah ketika membaca pengumuman pegawai pos. Mereka melamar dan Ikal diterima sebagai tukang sortir surat. Sementara Arai gagal. Anak itu lalu merantau ke Kalimantan tanpa jejak.

Bertahun kemudian nasib mempertemukan mereka kembali. Ikal sudah lulus dari Fakultas Ekonomi UI dan Arai Jurusan Biologi Universitas Mulawarman. Keduanya sedang mengajukan beasiswa S2 keluar negeri. Keduanya diuji pada tempat yang sama, yang mempertemukan mereka lagi. Dan mereka sama-sama diterima di perguruan tinggi yang sama. Universite de Paris, Sorbonne, Prancis. Cita-cita mereka!

Membaca Sang Pemimpi memompa semangat kita bahwa ingin berhasil, maka mimpi adalah wajib disamping jangan pernah mendahului nasib! Maka, hilanglah rasa pesimistis, introvert, inferior, dan segala pikiran negatif. 

Buku memoar ini cocok sekali dibaca oleh mereka yang punya penyakit orang gagal. Cocok juga dibaca mereka yang merasa begitu banyak penghalang dan kesulitan hidup yang dia miliki. Bagaimana tidak? Arai dan Ikal berhasil mendobrak hegemoni bahwa kesuksesan ternyata bisa diraih dengan kerja keras dan tak lelah berusaha. 

Dan lebih dari itu, Sang Pemimpi wajib dibaca oleh para pendidik bagaimana seorang murid diperlakukan, bagaimana memberi mereka dorongan untuk terus memiliki mimpi yang harus dikejar. Juga wajib dibaca oleh orang tua, termasuk seorang ayah, karena kali ini untuk seorang ayahlah buku ini didedikasikan. Tidak lain ayah Ikal sendiri, Seman Said Harun, yang dijulukinya sebagai “Ayah juara satu seluruh dunia.”

Refrensi : http://www.goodreads.com/book/show/1407874.Sang_Pemimpi
Previous
Next Post »

1 komentar:

Click here for komentar
31 Oktober 2016 pukul 08.44 ×

sy baca referensi nya sambil ngebayangin adegan-adegan di film SP. Ngalir, kereeen

Congrats bro Musabbiha el Abwa you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa follow dan berteman dengan saya di facebook : Nazifah R, Twitter : @zifah03, dan instagram : @zifahra ^^ ConversionConversion EmoticonEmoticon