Kesasar

Agile things

Berjalan menyusuri semak – semak belukar  di tengah hutan dan tanah yang becek, tanpa alas kaki. Dua hari sudah berada di sana, semenjak ia merasa kesasar. Tidak ada satupun jalur yang dikenalinya. Hanya terus berjalan walau tidak tahu resiko seperti apa yang akan dihadapi, sambil berharap menemukan jalan keluar.

Diamatinya secara seksama setiap jalan yang ditapaki. Merunduk – runduk untuk memastikan adakah sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk. Semakin merunduk hasilnya semakin nihil, dan penglihatannya pun tidak jelas.

Ia sering menabrak sesuatu yang tidak diketahui seperti apa bentuknya. Sampai ada yang mengeluh padanya “Hey, hati – hati kalau berjalan.” Bahkan ada yang meneriaki “Ya! Gunakan matamu dengan benar.” Mendengarnya, ia balas dengan kata maaf. Baginya tidak ada yang salah, ia pun merasa tak bersalah, karena matanya hanya mengalami sedikit gangguan. Tapi ia terima agar tidak menimbulkan masalah.

Ia pun bingung dengan yang dialami matanya, sebab sebelum ini penglihatannya sangat jelas. Ia terus berjalan sambil mengingat – ingat apa yang menyebabkan matanya menjadi buram untuk melihat. Dengan kefokusan yang terbatas, ia hanya bisa meraba dan memastikan bahwa di depannya adalah berupa jalan, bukan jurang.

Namun karena konsentrasinya terbagi, masih saja mencoba untuk mengingat penyebab dari buramnya penglihatannya. Ia tak menyadari ada jalur yang tidak rata di depannya. Saat hendak melewatinya, ia terperosok “Aduh.. aduh.. aduh..” jeritnya. Tapi kemudian ia malah merasa senang berada di dalamnya. Diayunkan kakinya, badannya pun tergerak ke depan. Seketika ia melupakan yang mengganggu pikirannya.

Dia tidak menyadari sedang berenang di sungai yang deras arusnya. Airnya yang sejuk membuatnya ingin berlama – lama berendam di dalamnya. Tidak masalah dengan arus derasnya, ia merasa memiliki keahlian untuk menghadapi situasi seperti ini. Ia terus berenang untuk mencari tepian.

Setelah sampai di tepian, ia melanjutkan perjalanannya. Lama ia menempuh, hingga akhirnya sampai di suatu tempat yang terdengar bising. Ia terdiam sambil menelaah suara apa itu. Suara – suara yang didengarnya sangat asing. Selama di perjalanan ia mendengar berbagai macam suara seperti, “Aaauuuuu…”

 “Rrrooaarr”

 “Sssssssstttttt”

 hingga yang paling sering “krriiiikkk.. kriikk… kriiikkk…”

Bahkan jauh sebelum ini ia pernah berada di suatu tempat dan ia tak mendengar suara apapun. Yang dia ingat, dia berada dalam ruangan yang gelap dan sempit, sangat sulit untuk bergerak. Kali ini suara yang terdengar lebih aneh lagi.

Nggeeeennggg..

Tiinn..tiiiinnn

Ngiung…ngiung..

Ia galau untuk melanjutkan perjalanannya atau tidak. Karena suara bisingnya tak tertahankan. Tapi karena sudah berjalan sejauh ini, ia memberanikan diri untuk melaju.

Sempat merasa ketakutan saat melaju beberapa langkah, karena ia melihat benda yang besar dan bahkan ada yang sangat besar bergerak cepat ke arahnya. Ia sangat takut dan memejamkan matanya sesekali. Benda – benda itu seperti hendak melindasnya.

Karena merasa nyawanya terancam ia berlari semampunya. Lalu ada yang menariknya dari depan. Seperti menuju ke tepian. Ia tidak tahu siapa gerangan “Siapapun kau, terima kasih.” Katanya.

“Iya sama – sama,” jawab si penolong.

“Kenapa kamu ada di sini? Dimana saudara – saudara serta ibumu?” tanya si penolong.

“Ngg.. aku juga tidak tahu. Beberapa hari yang lalu aku sedang jalan – jalan dengan ibu dan saudara – saudaraku. Tiba – tiba aku masuk ke dalam lubang besar berisi lumpur, warnanya hitam, dan baunya sangat menyengat.” Jawabnya.

“Apa yang kau maksud adalah comberan?” tanya lagi, si penolong.

“Hhhmmm.. Aku tidak tahu apa namanya. Yang pasti itu membuat tubuhku menjadi kotor dan bau.” Jawabnya lagi.

Si penolong sangat penasaran apa yang sedang dibicarakan oleh lawan bicaranya. Ia mengambil batang kayu, kemudian dicidukkan ke dalam parit yang berlumpur. Lalu menghampiri lawan bicaranya,
“Apa baunya seperti ini?” tanyanya dengan menyodorkan kayu ke arah muka lawan bicaranya.

Lalu lawan bicaranya mengendus “Ahh.. iya benar! Baunya seperti ini.”

“Ini namanya lumpur yang berada di comberan.” Jelasnya

“Ohh jadi namanya comberan.” Kata lawan bicaranya.

Ia terkagum dengan si penolong, sebab mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Ia melihat ke atas walaupun samar dilihatnya, tapi ia merasa silau dan penasaran benda apa itu. “Hey, kau tahu benda apa itu, kuning, menggantung di langit?”

“Hahaha.. kau seperti baru lahir ke dunia saja. Itu pun kau tak tahu? Itu matahari. Muncul saat siang hari. Kalau malam hari yang muncul ada bulan dan bintang.” Jawab si penolong.

“Aku belum sempat menanyakan hal itu pada ibu.” Jelasnya.

“Lalu sekarang kau hendak kemana?” kata si penolong seakan tak kehabisan pertanyaan.

“Aku tidak tahu,” jawabnya sambil menunduk.

“Kalau begitu ikut saja denganku. Siapa tahu kau bisa bertemu dengan saudara – saudara dan ibumu.” Ajak si penolong.

“Ide yang bagus. Baiklah,” katanya menyetujui.

Si penolong itu jalan mendahuluinya untuk memimpin. Ia mengikuti dari belakang, namun dengan arah yang berlawanan. Si penolong itu menyadari, bahwa lawan bicaranya tadi salah mengambil jalan. Dihampirinya lawan bicara itu. “Kau sudah ingat dimana rumahmu?” tanya si penolong.

“Tidak.” Jawabnya

“Lalu kenapa kau berjalan ke sini?”

“Kan kau yang bilang untuk aku mengikutimu. Lalu aku ikuti kau dari belakang.”

“Kau ini buta atau gimana? Aku berjalan ke arah kiri, sedangkan kau tadi berjalan ke arah kanan.”

“Maaf, penglihatanku memang sedikit bermasalah. Ah baru ingat. Sewaktu aku menuju ke sini seperti ada yang menyengatku. Dia memiliki tubuh warna hitam, lalu ekornya menjulang ke atas.”

“Itu seperti tubuh kalajengking. Benarkah kau bertemu dengannya? Itu hewan yang sangat berbahaya!”

“Ahh aku tidak tahu, tapi sepengelihatanku seperti itu. Beberapa saat setelah disengat penglihatanku menjadi kabur.”

“Itik yang malang. Yasudah begini saja, aku akan bersuara lalu kau ikuti kemana suara itu pergi.”

Petokk.. petokk.. petokk.. petokk..

Ayam betina itu bersuara, sedang itik mengikuti belakangnya.

#zifah
#Galau #Matahari #Comberan #Kalajengking
#TantanganODOP

Previous
Next Post »

3 komentar

Click here for komentar
20 Oktober 2016 pukul 22.41 ×

Keren ya, ternyata fabel : )

Reply
avatar
Jazilula
admin
20 Oktober 2016 pukul 23.08 ×

Ciamik kak, ga yangka kalau ini fabel

Reply
avatar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa follow dan berteman dengan saya di facebook : Nazifah R, Twitter : @zifah03, dan instagram : @zifahra ^^ ConversionConversion EmoticonEmoticon