Jangan Mudah Hilang Kendali


Image result for anger inside out
Source : Toronto Star

Terkadang mengendalikan amarah itu terasa berat sekali dan cara yang sering dipilih untuk mengusirnya dengan melampiaskan. Konon cara seperti itu ampuh untuk meredakan emosi yang sedang naik pitam serta mengeluarkan segala keganjalan yang meresahkan di dalam hati, dengan berbagai bentuk.

Ada yang menambah porsi makannya atau makan atau minum sesuatu yang dianggap dapat menenangkan hati bergejolak panas. Menyendiri di tempat yang lebih sunyi seperti taman atau kamar, banyak juga yang melakukannya. Bahkan di Amerika sana terdapat perusahaan yang menyediakan ruang khusus untuk pelampiasan amarah bernama ‘Angry Room’.

            Penataan dan desain dibuat seperti di dalam rumah, perkantoran,pokoknya  disesuaikan dengan keinginan pelanggan. Jadi, di dalam ruangan tersebut pelanggan dapat melempar atau membanting barang-barang yang disediakan tanpa perlu khawatir ditangkap polisi atau dipecat oleh atasan.

Tapi saat hati dan akal tidak bisa bertemu untuk berkompromi maka yang sering terjadi adalah ledakan emosi yang tanpa dipikir lagi sehingga bisa menyasar pada apa saja dan siapa saja.

Biasanya pelampiasan dengan cara meluapkan emosi kepada sekitar akan menyisakan hal yang tidak baik di kemudian.

Seperti kisah seorang gadis kecil sedang asyik bermain sendiri di teras rumah. Lalu ia menemukan paku berkarat, karena anak-anak pada usianya sangat gemar menggambar apapun yang ada dalam imajinasinya. Paku tersebut di goreskannya pada lantai yang di injak.

Namun, karena lantai terbuat dari keramik marmer sehingga coretan tangannya tidak tampak. Kemudian ia beralih pada objek lain yang akan menjadi kanvas untuk hasil karyanya.

Dilihatnya mobil baru Ayah berwarna hitam yang masih dalam tahap pelunasan, lalu ia menuangkan semua imajinasinya pada badan mobil sebelah kiri. Setelah badan mobil penuh dengan coretan karyanya, ia berpindah untuk melanjutkan menggambar di sebelah kanan badan mobil. Salah satu gambar yang dibuat adalah anggota keluarga yaitu Ayah, Ibu, dan dirinya.

Ia tidak benar-benar sendiri, di dalam rumah ada asisten rumah tangga yang sedang menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan kedua orang tuanya pergi ke luar.

Ketika  Ayah dan Ibu baru saja sampai di rumah dengan mengendarai sepeda motor, terbelalak mata sang ayah melihat mobilnya yang baru satu tahun dibelinya dengan kredit, sudah penuh dengan gambar yang merusak kemulusan badan mobil tersebut.

Napasnya tak beraturan, alisnya naik ke atas, giginya beradu menahan kekesalan, Ayah yang belum masuk ke rumah, berteriak memanggil asisten rumah tangganya yang daritadi berada di dalam.

“Bibi!!! Bi …!” jeritnya.

“Iya Tuan.” Dari dalam sang asisten rumah tangga berlari kecil lantaran terkejut tuannya memanggil dengan nada tinggi.

“Ini kerjaan siapa?!” Tak ada lagi kelembutan yang tersisa, ia sudah kalut dengan emosi di kepalanya.

“Saya tidak tahu, Tuan.” jawabnya pelan dan tertunduk.

“Kamu selama di rumah, apa saja yang kau kerjakan?” Hardik sang istri.

Karena mendengar jeritan ayah sang anak menghambur ke luar dan dengan manja berkata “Ita yang bikin itu Ayah. Cantik … kan?” tuturnya sambil memeluk sang Ayah seperti biasa.

Ayah yang sudah hilang kesabaran tidak menyambut pelukan itu dengan hangat malah mengambil ranting pohon yang ada di depannya. Kemudian dipukulkan pada telapak tangan anaknya berkali-kali, dan tidak peduli saat itu anaknya menjerit kesakitan. Ibu yang berdiri di dekat Ayah tidak bereaksi apapun, seakan setuju dengan tindakan suaminya.

Sedangkan Bibi asisten rumah tangga tak bisa berhenti beristighfar melihat yang terjadi di hadapannya. Dan ia tidak tahu apa yang mesti dilakukan.

Lalu sang Ayah masuk ke kediamannya disusul oleh istrinya. Anaknya yang masih meringis di bopong oleh asisten rumah tangga dan di bawa ke kamarnya. Dilihatnya tangan sang anak telah luka-luka dan berdarah sampai bagian punggung tangan.

Kemudian Bibi memandikan dan membersihkan tangan anak majikannya dengan menyirami air, diikuti dengan jeritan sang anak sebab tak kuat menahan pedih.

Selama tiga hari anaknya bermain dan tidur di kamar Bibi, dan belum sekalipun dijenguk Ayah. Ia ingin memberikan pelajaran pada anaknya. Begitu juga dengan istrinya, hanya setiap hari bertanya pada Bibi.

“Ita demam bu,” jawab bibi ringkas.

“Kasih obat penurun demam saja,” kata sang istri.

Sampai akhirnya Bibi mengadukan bahwa tangan anak mereka sudah membengkak. Dengan santai sang Ayah mengatakan bahwa besok akan di bawa ke klinik jam lima sore.

Keesokannya saat tiba di klinik dokter memberikan rujukan supaya dirawat di rumah sakit, melihat kondisinya yang sudah serius.

Setelah seminggu berada di rumah sakit, dokter yang menangani gadis kecil tersebut memanggil kedua orang tuanya.

“Tidak ada pilihan lain selain di amputasi. Infeksi pada tangannya sudah terlalu parah dan bernanah, akan berbahaya pada keselamatan nyawanya.

Kita harus bertindak cepat, setelah bapak dan ibu menandatangi surat persetujuan, kami akan melakukan amputasi dari siku ke bawah.”

Mendengar hal tersebut pasangan itu terasa disambar halilintar. Namun apa boleh buat, keselamatan anak merekalah yang terpenting.

Selesai pembedahan, dari bilik, sang anak menangis kesakitan akibat efek obat bius yang disuntikkan telah habis. Ia terheran dengan tangannya yang berselimut kasa putih, lalu menatap wajah Ayah, Ibu, dan asisten rumah tangganya yang berlinangan air mata.

Dalam siksaan sakit yang dirasa ia berkata sambil mengeluarkan bulir kristal dari matanya. “Ayah, Ibu … Dita janji tidak akan mengulanginya lagi. Dita tidak ingin jahat. Dita sayang Ayah … sayang Ibu,” katanya yang membuat ibunya tak kuasa membendung tangis.

“Dita juga sayang Bi Narti.” Sambil menatap pembantunya dan membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah … kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil? Bagaimana caranya Dita mau makan, bagaimana Dita kalau mau main nanti? Dita janji tidak akan coret-coret mobil lagi.”

Pilu hati kedua orang tuanya menyaksikan akibat dari perbuatan mereka terhadap putri kesayangan. Tapi nasi telah menjadi bubur, mereka harus menerima kenyataan dan membuat sang putri tegar menghadapi kenyataan yang getir.

Itulah mengapa penting untuk menjaga amarah supaya tidak lepas melampau. Jika ingin mencurahkan isi hati, silahkan datangi Allah. Dia Maha Mendengar. Mintalah pertolongan dariNya agar terhindar dari amarah yang berlebihan.

 Allah pun sudah memberikan solusi untuk mengendalikan amarah, di antaranya:

Image result for surat al baqarah ayat 45


"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (Q.S. Al-Baqarah : 45)


 Image result for surat an nahl ayat 126
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (Q. S. An – Nahl : 126)


Memang tidak mudah menghadirkan sabar dan menyediakan hati yang lapang saat emosi sedang dalam suhu tinggi. Tapi dibalik besarnya tantangan sabar terdapat kebaikan serta kenikmatan yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Juga mendapat ganjaran pahala di sisi Allah swt, In Sya Allah.

Sering-sering juga lisan kita diisi dengan berdzikir, supaya hati terasa tentram dan nyaman.





Wallahu A’lam.
Previous
Next Post »

3 komentar

Click here for komentar
20 April 2017 pukul 11.42 ×

😭😭😭😭😭😭lebih baik klo Marah sama Anak, menjauh kan saja darinya.



Reply
avatar
Nodiwa
admin
20 April 2017 pukul 21.24 ×

Benar kata mbak Wid. Kalo lg marah mending kita diam atau menyingkir sejenak. Atau kita peluk anak dengan erat. Mungkin cara ini bisa meredam emosi

Reply
avatar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa follow dan berteman dengan saya di facebook : Nazifah R, Twitter : @zifah03, dan instagram : @zifahra ^^ ConversionConversion EmoticonEmoticon