Miera Nadhirah |
Film Rudy
Habibie yang tayang pada tanggal 30 Juni 2016 cukup menyita perhatian dari para
penonton. Dengan Manoj Punjabi sebagai sang produser, , Gina S. Noer dan Hanung Bramantyo yang menyusun naskah. Pasalnya film tersebut merupakan kisah salah satu tokoh nasional
sekaligus mantan RI 1 alias presiden Indonesia yang ke-3, yang dari kecil
sangat tertarik dengan dunia dirgantara dan pesawat.
Rudy Habibie
(Habibie & Ainun 2) merupakan prekuel dari film sebelumnya yakni, Habibie
& Ainun yang diperankan oleh aktor tampan Reza Rahadian dan artis cantik
Bunga Citra Lestari atau biasa disapa BCL, sukses membuat penonton –remaja
khususnya. baper akibat keromantisan yang ditunjukkan keduanya di dalam layar.
Begitu juga pada Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2) yang menceritakan
perjalanan hidup serta kisah cinta Habibie sebelum bersatu dengan Ainun. Masih
diperankan oleh aktor yang sama yaitu Reza Rahadian bersanding dengan beberapa
aktor dan artis Indonesia di antaranya Chelsea Island, Ernest Prakarsa, Indah
Permatasari, Boris Bokir, dan Pandji Pragiwaksono.
Film yang
disutradarai oleh Hanung Bramantyo berdurasi satu jam lima puluh menit, mengisahkan Rudy dari sejak kecil. Dimana ia
lahir tahun 1936 dan tumbuh besar di Pare-Pare, Sulawesi Selatan bersama
saudara-saudaranya. Beliau merupakan anak ke-4 dari delapan bersaudara. Orang-orang
pada zaman itu hidup di tengah kepungan para penjajah, namun tidak menyurutkan
jiwa alamiah Rudy dan teman-temannya sebagai anak-anak yang senang bermain. Juga
tak pula menurunkan semangat untuk belajar dan bercita-cita yang tinggi. Seperti
yang terpatri dalam diri seorang Rudy yang amat mencintai pesawat dan mempunyai
mimpi yang sangat besar akan kegemarannya itu.
Rudy kecil
memang sudah terkenal sebagai anak yang cerdas, karena selalu mendapatkan
peringkat pertama berkat ketekunannya yang rajin membaca dibandingkan anak-anak
yang lain. Ia juga sangat dekat dengan sosok ayahnya yang selalu menginspirasi
baginya. Namun ia harus merelakan kepergian ayahnya di usia yang masih sangat
belia. Oleh sebab itu pula ibunya memutuskan untuk pindah ke Bandung demi
menghidupi anak-anaknya yang mulai beranjak dewasa dan melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi.
ITB (Institut
Teknologi Bandung) dipilih oleh Rudy untuk menempuh pendidikannya dan sebagai
jalur untuk merealisasikan mimpinya. Tapi tak perlu berlama-lama ia berada di
ITB, dengan biaya yang sepenuhnya ditanggung oleh sang ibu, yang menjalani
usaha catering dan indecost di Bandung, melanjutkan
pendidikannya di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule, Jerman
pada tahun 1955.
Di Jerman ia belajar mandiri bahkan untuk
mencari tempat tinggal pun butuh perjuangan, karena tidak banyak yang tahu
mengenai negara Indonesia sehingga mereka enggan untuk memberikan sewa pada
mahasiswa jenius itu. Hingga akhirnya, berkat kejeniusannya ia mendapati tempat
tinggal bersama sepasang suami istri yang berkebangsaan Jerman – Belanda.
Kehidupannya di Jerman juga tidak selalu
berjalan mulus, ia menghadapi banyak tantangan. Terutama dalam hal beribadah,
di tempat ia tinggal maupun di kampus sulit ditemukan masjid, tempat ia mencari
ketenangan dalam keadaan suka maupun duka. Selain itu ada beberapa hal lain. Seperti
masyarakat Jerman yang sangat meragukan kemampuannya dalam berbahasa Jerman
terlebih wajahnya yang terlihat khas orang Asia, tapi itu dihadapinya dengan
gaya khasnya yang suka bercanda.
Ia bersama teman-teman yang juga berasal dari
Indonesia membentuk sebuah organisasi khusus untuk para pelajar Indonesia yang
menempuh kuliah di luar negeri yang disebut dengan PPI (Perhimpunan Pelajar
Indonesia). Setiap daerah bagian di setiap negara memiliki satu perwakilan PPI
yang menjadi organisasi, sebagai wadah untuk menampung setiap aspirasi maupun
cita-cita mereka untuk negeri.
Dengan adanya PPI ini juga yang membangkitkan
semangat seorang Rudy Habibie yang sangat ingin memajukan negerinya sendiri,
terutama dalam industry dirgantara. Walau mendapat banyak penolakan dengan sesama
pelajar Indonesia serta rintangan yang berat, tidak serta merta membuatnya
takut dan mundur. Ia sangat yakin dengan tekadnya, dan diperkuat dengan
nasihat-nasihat sang ayah yang masih terngiang dalam ingatannya, bahwa ia harus
menjadi sebuah mata air, yang selalu memimpin dalam hal kebaikan bagi orang di
sekitarnya. Juga ada Illona wanita keturunan Polandia yang telah memikat
hatinya serta setia menemani setiap langkah yang di ambil oleh Rudy. Saat ia
jatuh sakit pun Illona selalu berada di sampingnya.
Sebagai seorang manusia Rudy juga mengalami
keadaan yang membuat dirinya sangat terpuruk dan ingin menyerah dibuatnya. Tapi
berkat kekuatan dan nasihat dari sang ibu yang selama ini membiayai
kehidupannya di Eropa, dengan kerja keras seorang diri. Lalu ia tersadarkan
lagi dengan tujuannya terbang jauh ke Eropa, sehingga ia kembali memegang erat
mimpinya untuk membuat bangga kedua orang tuanya serta membangun industri
penerbangan yang akan membangkitkan Indonesia.
Di sisi lain hubungannya dengan Illona juga
sedang tidak membaik. Dan semakin tidak menemukan solusi untuk hubungan mereka.
Lalu saat Indonesia diserang oleh kaum komunis
saat itu juga Rudy yang sedang menempuh pendidikan S-3, menjalani penelitian Doctor Ingenieur di Jerman namun harus
terhenti karena diambil alih oleh Departemen Pertahanan Jerman sebab Indonesia
tidak tergabung dalam NATO dan ditawari menjadi warga negara Jerman. Namun karena
kecintaannya terhadap negeri Indonesia, tawaran itu tak digubrisnya sama
sekali.
Itulah sosok Bacharuddin Jusuf Habibie seorang
yang sangat menjunjung tinggi nasionalisme. Ia percaya terhadap tanah airnya
meski ia sendiri tidak dipercayai oleh negerinya sendiri. Tak ada dendam, tapi rasa
cinta yang amat mendalam untuk Indonesia. Alasan itulah yang menggugah
semangatnya untuk terus berjuang mewujudkan mimpinya, bukan semata-mata untuk
kesuksesan dirinya. Tapi bagi bangsanya, negara Indonesia.
#PertahankanNasionalisme
#PertahankanIndonesia
Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa follow dan berteman dengan saya di facebook : Nazifah R, Twitter : @zifah03, dan instagram : @zifahra ^^ ConversionConversion EmoticonEmoticon